Kisah Edi, Pria Asal Nias Ini Menikah dengan Jenazah Kekasihnya Yang Mati Bunuh Diri



 

Mungkin inilah yang namanya cinta sejati. Edi alias Ahmad Haidir membuktikan janjinya menikahi Erni, meski sang pujaan hati sudah tidak bernyawa lagi.

“Dia istri saya, dan akan selamanya menjadi istri saya.”

Kalimat ini diungkapkan Edi, sapaan Ahmad Haidir, via telepon, Minggu, 5 Februari, saat menceritakan kisah cintanya yang tragis kepada FAJAR (Jawa Pos Grup). Mimpi indah yang sudah direncanakan selama dua tahun, harus berakhir.

Tuhan berkehendak lain. Pesta pernikahan yang sudah direncanakan pada Oktober mendatang, batal terlaksana. Erni memilih mengakhiri hidupnya dengan racun rumput. Meninggalkan pria yang begitu mencintainya.

Perjuangan Edi mendapatkan cinta Erni dan restu keluarganya, memang penuh tantangan. Pemuda asal Kepulauan Nias, Sumatera Utara ini, menemukan cinta sejatinya di Parepare, dua tahun lalu. Dia bertemu Erni yang waktu itu masih berstatus mahasiswi STIKES Baramuli.

Edi yang bekerja di sebuah koperasi di Parepare, langsung jatuh hati. Butuh waktu hingga akhirnya Erni mau menerima cintanya. Keduanya memutuskan menjalin hubungan serius. Rencana pernikahan perlahan disusun.

Bukan hanya perbedaan budaya yang harus disatukan. Perbedaan keyakinan juga menjadi rintangan. Hingga akhirnya Edi, dengan seizin orang tuanya di Nias, memutuskan menjadi mualaf. Makin muluslah rencana memperistri Erni. Waktunya Oktober nanti, maharnya Rp40 juta.

Edi yang kini bekerja di Enrekang, tak sabar menghitung hari. Namun, sebuah telepon dari Erni, Rabu, 1 Februari, bak petir di siang bolong.

“Dia bilang ingin bunuh diri dengan meminum racun rumput,” ungkap Edi menceritakan pembicaraan dengan calon istrinya hari itu.

Erni nekat mengakhiri hidupnya dengan meminum racun rumput, Selasa (31/1) malam lalu. Perempuan yang tinggal di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan ini sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Andi Makkasau, Parepare.

Namun Tuhan berkehendak lain. Kamis (2/2) kira-kira pukul 01.00 Wita, Erni mengembuskan nafasnya yang terakhir ketika masih menjalani perawatan intensif di RS.

Wati, ibunda Erni masih dirundung duka ketika ditemui wartawan, kemarin. Dia kemudian berbagi tentang kisah pilu yang dialami anak perempuannya.

Wati menceritakan, ketika usai minum racun, Erni sempat menghubungi kekasihnya, Edi. Dia menyampaikan kepada pacarnya bahwa dirinya baru saja menenggak racun.

”Pacar anak saya itu kemudian menelepon dan meminta agar saya mengecek Erni di dalam kamarnya. Karena, katanya baru saja minum obat. Cuma tidak diketahui obat apa yang dia minum,” ujar Wati.

Mendapat informasi dari Edi, Wati langsung menuju kamar anaknya. Ternyata pintu kamar rumah panggung itu terkunci dari dalam. Dia kemudian mengetuk pintu dan memanggil-manggil nama Erni.

”Anak saya tidak langsung membuka kunci kamar. Nanti setelah muntah baru dia buka dan meminta ke saya untuk dibawa ke puskesmas. Makanya, saya langsung mengantarnya ke Puskesmas Madello,” kata Wati.

Karena kondisinya yang mengkhawatirkan, petugas Puksesmas Madello kemudian merujuk korban ke RSUD Barru. Selanjutnya dibawa ke RSU Parepare, Selasa malam (31/1).

Kesetiaan dan rasa cinta diperlihatkan Edi malam itu. Dia terus berkomunikasi dengan keluarga pacarnya yang sedang berada di RSUD Barru.

Mengetahui kekasih hatinya hendak dirujuk ke RS Andi Makkasau, Parepare, Edi langsung berangkat dari Enrekang. Menggunakan sepeda motor, ia menembus gelapnya malam. Dia pun mendapatkan mobil ambulans yang membawa Erni sebelum memasuki Parepare dari arah Barru.

Tidak diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab hingga anak kedua dari tiga bersaudara ini bunuh diri. Apalagi sampai meminum racun rumput yang tersimpan di bagian belakang rumahnya.

”Saya tidak tahu kenapa dia berbuat seperti itu. Padahal pacarnya sudah datang melamar. Rencananya, bulan Oktober tahun ini akan dilangsungkan pernikahan,” kenang Wati dengan mata berkaca-kaca mengingat mendiang putrinya.

Wati tak menampik kalau anak gadisnya itu telah dinikahi oleh Edi, meski sudah meninggal dunia. Erni yang baru saja meraih sarjana keperawatan di STIKes Baramuli Pinrang dinikahkan oleh imam Lampoko.

”Pemuda ini sangat baik hati. Dia terus mendampingi anak saya ketika dalam kondisi kritis hingga meninggal dunia,” kata Wati lagi.

“Edi begitu mencintai anak saya. Dia seolah tak melepas pelukan meski telah menjadi mayat,” tutur Wati.

“Ini kehendak Tuhan. Kami sudah mengikhlaskan kepergiannya. Saya juga sudah meminta Edi melupakan anak saya,” lanjutnya.

Orang tua Erni dibuat terkejut dengan jawaban Edi. Dan tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan permintaan calon menantunya itu.

“Saya sangat mencintai Erni. Niat saya tak berubah, akan tetap menikah dengannya meski tak bernyawa lagi,” kata Edi.

Setelah berdiskusi dengan keluarga, pernikahan akhirnya digelar, Jumat siang, 3 Februari. Lokasinya di rumah duka, tempat jasad Erni disemayamkan di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru.

Imam masjid di kampung itu menjadi wali nikah. Disaksikan keluarga yang tak bisa menahan kesedihan.

Hari itu, Edi terlihat gagah. Pakaiannya rapi, lengan panjang warna gelap. Kopiah hitam bertengger di kepalanya. Di sampingnya, mayat Erni yang sudah dibungkus kain kafan, terbujur kaku.

Semua berlangsung hikmat dengan derai air mata. Hingga saksi menyatakan “sah” resmilah keduanya menjadi suami istri. Meski beberapa saat setelah itu, Erni diantar ke peristirahatan terakhir oleh keluarga dan sang suami, Ahmad Haidir.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Edi, Pria Asal Nias Ini Menikah dengan Jenazah Kekasihnya Yang Mati Bunuh Diri"

Posting Komentar